Thursday, March 6, 2025

Ketika Alam Bukan Satu-Satunya Tersangka

 

 

alm
Banjir di kawasan IKN

Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur digadang-gadang sebagai kota masa depan Indonesia: hijau, cerdas, dan berkelanjutan. Tapi di balik megahnya proyek ini, ada kisah lain yang jarang diangkat: banjir yang datang silih berganti, kekeringan ekstrem yang mengintai, dan protes warga yang merasa alamnya terusik.

Bukan Sekadar Hujan Deras  
Banjir di kawasan IKN dan sekitarnya, seperti dilaporkan media Kompas merupakan hikayat tentang manusia yang lupa diri. Pembangunan infrastruktur besar-besaran—seperti jalan tol, pemukiman, dan area industri—telah mengubah wajah Kalimantan Timur. Hutan-hutan yang dulu menjadi penyerap air kini berganti beton. Aliran sungai terhambat, drainase tak memadai, dan tanah kehilangan kemampuannya menyerap air.  

Warga di sekitar IKN mengeluh: “Dulu, hujan berhari-hari tak pernah banjir. Sekarang, hujan 3 jam saja air sudah masuk rumah,” kata seoang warga Balikpapan. Banjir bukan lagi tamu langka, tapi jadi “tetangga” yang datang tiap musim hujan.  

Kekeringan Ekstrem: Ancaman yang Tak Terduga
Ironisnya, di saat banjir menjadi rutinitas, ancaman kekeringan ekstrem juga mengintai. Studi terbaru yang dirilis media Tempo  menyebutkan, perubahan iklim dan alih fungsi lahan membuat Kalimantan Timur rentan terhadap dua bencana yang bertolak belakang: banjir dan kekeringan. Saat musim kemarau, cadangan air tanah menyusut drastis. Daerah yang dulu hijau kini kesulitan menyimpan air.
 
Kita fokus mengatasi banjir, tapi lupa bahwa kekeringan bisa lebih mematikan,” ujar peneliti lingkungan
“Ini seperti bom waktu.  dalam studi tersebut.  

Proyek Tol yang Memicu Masalah
Konflik lingkungan di IKN tidak hanya tentang air. Media menceritakan rangkaian kejadian yang memicu kemarahan warga. Pembangunan jalan tol Balikpapan-IKN dianggap mengabaikan dampak lingkungan. Aktivitas pembangunan menyebabkan getaran yang merusak rumah warga, longsor di beberapa titik, dan banjir yang semakin parah.  

Warga akhirnya menggugat proyek ini ke pengadilan. “Kami tidak anti-pembangunan, tapi kami ingin hak hidup layak dijamin,” tegas perwakilan warga. Gugatan ini menjadi simbol perlawanan masyarakat kecil yang merasa suaranya tenggelam dalam gegap gempita pembangunan.  

Hikayat banjir dan kekeringan di IKN adalah cerita tentang ambisi manusia yang kadang melampaui batas alam. Jika terus diabaikan, kota masa depan ini bisa jadi contoh buruk bagaimana pembangunan malah merusak kehidupan. Masyarakat luas perlu memahami bahwa setiap kebijakan pembangunan punya konsekuensi. Banjir hari ini atau kekeringan besok adalah hasil dari pilihan kita hari ini.
 
sumber berita: kompastempokaltimpost

Tuesday, March 4, 2025

Proyek IKN vs Gedung DPR

 

dpr
Proyek IKN


Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur terus menuai perdebatan, kali ini, mengenai rencana pembangunan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) baru di sana. Baru-baru ini, sejumlah anggota DPR dari Fraksi PKB mengkritik keras proyek tersebut dan mengusulkan agar parlemen tetap berkantor di Jakarta. Mengapa isu ini mencuat, dan bagaimana seharusnya pemerintah menanggapi tuntutan efisiensi anggaran?  

Kritik Fraksi PKB
Fraksi PKB menilai pembangunan gedung DPR baru di IKN tidak rasional secara ekonomi. Mereka menyoroti bahwa anggaran untuk membangun infrastruktur parlemen di IKN bisa mencapai Rp 7-10 triliun angka yang dinilai terlalu besar.  

"Daripada membangun gedung baru, lebih baik dana dialihkan untuk pendidikan, kesehatan, atau penguatan UMKM," ujar salah satu legislator PKB. Kritik ini juga diamini oleh sejumlah pengamat kebijakan publik yang menilai proyek IKN masih terlalu ambisius, sementara kebutuhan dasar masyarakat di daerah belum sepenuhnya terpenuhi.  

Anggaran vs Realita  
Selain biaya konstruksi, pemindahan DPR ke IKN akan memicu pengeluaran tambahan seperti akomodasi staff, transportasi, dan pemeliharaan gedung. Padahal, gedung DPR/MPR di Jakarta masih berfungsi baik dan baru direnovasi dengan anggaran ratusan miliar rupiah beberapa tahun lalu.  

Legislator PKB menegaskan bahwa efisiensi anggaran harus menjadi prinsip utama dalam proyek strategis nasional. Mereka mengusulkan agar pemerintah mempertahankan Jakarta sebagai pusat pemerintahan sambil memfokuskan IKN sebagai pusat inovasi dan pemerintahan simbolis. "Jangan sampai proyek ini jadi beban baru bagi APBN," tegas mereka.  

Kebijakan Efisiensi vs Desakan Evaluasi Ulang  
Beberapa anggota DPR justru mengapresiasi langkah pemerintah menghemat anggaran dengan menunda sejumlah proyek IKN. Namun, mereka tetap mendesak evaluasi menyeluruh terkait skala prioritas. Misalnya, pembangunan jalan, rumah sakit, atau sekolah di IKN dinilai lebih mendesak daripada gedung parlemen mewah.

Kritik ini menyentuh titik sensitif: apakah pembangunan gedung DPR di IKN merupakan kebutuhan mendesak atau sekadar simbol politik? Bagi sebagian pihak, pemindahan ibu kota adalah visi jangka panjang untuk pemerataan pembangunan. Tapi, bagi yang kritis, proyek ini berisiko mengulangi kesalahan Jakarta yang berkembang timpang karena fokus pada pusat kekuasaan.

Pemerintah sejatinya telah mengklaim bahwa pembiayaan IKN mengandalkan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) serta investasi swasta, bukan APBN murni. Namun, kritikus meragukan hal ini. Mereka khawatir jika proyek tak sesuai target, negara akhirnya akan menanggung utang atau mengalihkan dana dari sektor lain.
 
sumber berita: kompassuarasuaramerdeka

Sunday, March 2, 2025

Transformasi Pendidikan di IKN

 

sek
Pembangunan Model Sekolah

Bagi warga Sepaku, Kalimantan Timur, banjir pernah menjadi “tamu tak diundang” yang rutin mengganggu aktivitas, termasuk di SDN 020 Sepaku. Sekolah ini kerap terendam air, mengganggu proses belajar dan memupus harapan siswa untuk merasakan fasilitas layak. Namun, sejak Ibu Kota Nusantara (IKN) mulai dibangun, kisah SDN 020 berubah drastis. Sekolah yang dulu langganan banjir ini kini menjelma menjadi simbol kemajuan pendidikan di IKN, bahkan diproyeksikan menjadi sekolah terpadu internasional berstandar global.

Kisah SDN 020 Sepaku  
Sebelum IKN digagas, SDN 020 Sepaku adalah contoh nyata ketimpangan infrastruktur pendidikan di daerah rawan bencana. Banjir datang hampir setiap musim hujan, merusak buku, meja, dan semangat belajar siswa. Namun, pembangunan IKN membawa angin segar. Pemerataan infrastruktur menjadi prioritas, termasuk sistem drainase yang canggih untuk mengatasi banjir. Sekolah ini kini sedang direvitalisasi dengan fasilitas modern: ruang kelas ber-AC, laboratorium digital, dan taman belajar ramah lingkungan. Transformasi ini tak hanya menghentikan banjir, tetapi juga membuka akses pendidikan berkualitas bagi anak-anak di sekitar IKN.  

Mimpi Besar Sekolah Terpadu Berstandar Global  
Otoritas IKN (OIKN) tidak setengah-setengah dalam mewujudkan visi pendidikan di ibu kota baru. Melalui proyek sekolah terpadu internasional di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN, OIKN menggandeng arsitek dan ahli pendidikan global untuk merancang sekolah yang tak hanya megah, tetapi juga mengedepankan konsep model pendidikan holistik. Sekolah ini akan dilengkapi dengan:  
- Kurikulum hybrid yang menggabungkan materi nasional dan internasional.  
- Fasilitas green building berbasis energi terbarukan.  
- Program pertukaran pelajar dengan sekolah di luar negeri.  

OIKN juga berencana merekrut guru-guru bersertifikat global, serta menyediakan beasiswa bagi siswa kurang mampu. Langkah ini menunjukkan komitmen OIKN untuk menciptakan ekosistem pendidikan inklusif, di mana anak dari berbagai latar belakang bisa bersaing di tingkat dunia.  

Model Pendidikan IKN  
Pembangunan sekolah di IKN dengan memakai pendekatan model pengembangan pendidikan yang tidak sekadar mengejar kemegahan fisik, tetapi juga memadukan teknologi dan kearifan lokal. Misalnya, sekolah-sekolah di IKN akan mengintegrasikan pembelajaran tentang lingkungan hidup, mengajak siswa terlibat langsung dalam proyek penghijauan atau pengelolaan sampah. Hal ini sejalan dengan visi IKN sebagai kota hutan berkelanjutan.  

Selain itu, OIKN akan mengadopsi sistem “sekolah tanpa dinding”, di mana siswa bisa belajar di luar kelas melalui eksplorasi langsung ke alam atau kunjungan ke pusat-pusat inovasi di IKN. Model ini bertujuan menumbuhkan kreativitas dan kepekaan sosial, sekaligus menjawab tantangan pendidikan di era digital.  

Dampak bagi Masyarakat  
Keberadaan sekolah terpadu internasional di IKN bukan hanya tentang gedung mentereng atau kurikulum canggih. Ini adalah investasi jangka panjang untuk membentuk generasi yang siap menghadapi perubahan global. Bagi masyarakat sekitar, seperti warga Sepaku, dampaknya sudah terasa: akses pendidikan yang setara, lapangan kerja baru di sektor pendidikan, dan kebanggaan karena daerahnya menjadi pusat inovasi.  

Tak kalah penting, pembenahan infrastruktur seperti sistem pengendali banjir di sekitar sekolah telah meningkatkan kualitas hidup warga. Anak-anak tak lagi khawatir genangan air merusak buku mereka, dan orang tua punya harapan baru bahwa pendidikan bisa menjadi jalan keluar dari kemiskinan.  

Konsistensi dan Partisipasi Masyarakat  
Meski optimis, OIKN perlu memastikan bahwa pembangunan sekolah internasional ini tidak terjebak pada simbolisme. Konsistensi dalam menjaga kualitas guru, transparansi anggaran, dan melibatkan masyarakat dalam perencanaan adalah kunci agar model pendidikan IKN benar-benar berkelanjutan.    
 
Kisah SDN 020 Sepaku yang berubah dari sekolah langganan banjir menjadi pusat pendidikan internasional adalah bukti bahwa pembangunan infrastruktur dan pendidikan bisa berjalan beriringan. Melalui tangan OIKN, IKN tidak hanya membangun gedung, tetapi juga menyemai harapan baru bagi generasi muda Indonesia. Jika konsisten dijalankan, model pendidikan terpadu ini bisa menjadi blueprint bagi daerah lain, menunjukkan bahwa Indonesia mampu menciptakan sistem pendidikan yang setara, modern, dan berakar pada kearifan lokal.  

Masyarakat pun punya peran: mengawal, mendukung, dan memastikan bahwa setiap anak di IKN—dan Indonesia—bisa meraih mimpi mereka tanpa terkendala banjir atau ketimpangan. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa sekolah-sekolah ini tidak hanya dinikmati oleh kalangan elit, tetapi benar-benar menjadi rumah bagi semua anak, termasuk mereka yang berasal dari keluarga prasejahtera.  
 
sumber berita: jpnnpusaranmediatempo