Monday, September 2, 2024

Kebutuhan Air Dan Pengelolaan Air Hujan

 

air
Air Hujan


Tanpa IKN, Penajam Paser Utara Kaltim, merupakan kawasan yang rentan mengalami kekeringan. Secara tren, jumlah hari hujan di kabupaten ini semakin menurun. Dengan adanya IKN, jumlah penduduk yang bermukim di wilayah tersebut akan bertambah jumlahnya. Kebutuhan air akan lebih meningkat. Pemerintah perlu merancang berbagai upaya pengelolaan air berkelanjutan agar ibu kota baru tidak semakin menyulitkan masyarakat sekitar berikut penduduk IKN nantinya.

Pengelolaan air hujan menjadi salah satu aspek penting dalam perencanaan dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), yang berlokasi di Kalimantan Timur. Dengan perubahan iklim yang menyebabkan pola cuaca semakin tidak menentu ancaman kekeringan yang juga disertai dengan meningkatnya frekuensi hujan intens, pengelolaan air hujan yang baik menjadi krusial untuk menghindari masalah lingkungan seperti banjir dan pencemaran.

Direktur Sarana dan Prasarana Dasar OIKN Agus Ahyar (17 Juli 2023):
Dalam IKN menerapkan sponge city, maka setiap tetes air hujan yang jatuh langsung diserap oleh tanah di IKN, drainase, embung, bendungan, bahkan limbah air pun bisa digunakan untuk kebutuhan non-konsumsi. Perencanaan drainase perkotaan di IKN mengacu pada sustainable drainase system, yakni menerapkan paradigma baru dalam pengelolaan air hujan. Air hujan mengalir menuju badan air terdekat, ditangkap saluran drainase bawah tanah, kemudian melewati jaringan pipa yang selanjutnya ke saluran terbuka menuju fasilitas pengolahan air untuk dijadikan air baku.

Salah satu pendekatan utama dalam pengelolaan air hujan adalah pembangunan sistem drainase yang efisien. Sistem ini dirancang untuk mengalirkan air hujan secara cepat dan aman dari permukaan ke saluran alami atau badan air terdekat seperti sungai dan danau. Teknologi modern seperti saluran terbuka, pipa bawah tanah, dan sumur resapan akan digunakan untuk memastikan bahwa air hujan mengalir dengan baik tanpa menimbulkan genangan atau banjir.

Selain itu, penting untuk membangun infrastruktur penampungan air hujan. Ini bisa berupa waduk, kolam retensi, atau sistem penampung yang memungkinkan air hujan disimpan untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari, seperti irigasi pertanian, penyiraman taman, atau bahkan untuk keperluan domestik. Dengan memanfaatkan air hujan, ketergantungan pada sumber air tanah dapat dikurangi, yang sangat penting mengingat ketersediaan air tanah yang terbatas.

Penggunaan material ramah lingkungan juga sangat dianjurkan dalam pengelolaan air hujan. Implementasi permukaan permeabel pada trotoar dan jalan dapat membantu air hujan meresap ke dalam tanah, mengurangi limpasan dan meningkatkan kualitas air tanah. Oleh karena itu, area publik seperti taman dan trotoar harus didesain agar dapat memfasilitasi penyerapan air hujan dengan baik.

Kepala Otorita IKN Bambang Susantono (9 Oktober 2023):
Setelah DPR mengunjungi sejumlah sponge city di Australia beberapa waktu lalu, mereka melihat bahwa konsep tersebut cocok untuk (diterapkan) di Indonesia. Walaupun sejak awal sponge city sudah masuk di blueprint di IKN, kita perlu memperkuatnya lagi supaya benar-benar ada pengaturan tata kelola air di Nusantara.
(Otoritas IKN menggandeng salah satu lembaga riset terkemuka di bidang pengelolaan air dan lingkungan asal Den Haag, Belanda, Deltares untuk mewujudkan konsep sponge city)

Dengan memadukan teknologi modern, infrastruktur yang baik, ancaman kekeringan dan pengelolaan air hujan di IKN diharapkan dapat berjalan efektif. Inisiatif ini tidak hanya akan membantu mengatasi masalah air, tetapi juga berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan dan kualitas hidup masyarakat. Di tengah tantangan perubahan iklim dan urbanisasi yang pesat, pengelolaan air hujan di IKN adalah langkah strategis untuk menciptakan kota yang lebih resilien dan berkelanjutan.

sumber bacaan...
theconversation
antara
tempo

0 comments:

Post a Comment