Level Sepak Bola |
Apa yang dilakukan oleh Para Pelatih Asing di Sepak-Bola Indonesia?
Melihat permainan sepak bola Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2023 di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya bisa menjadi contoh. Bukan kemenangan dan keberhasilan menjadi juara group dan maju ke putaran final di Uzbekistan tapi mental baja serta planning yang kuat pada Timnas U-20. Tiga pertandingan yang dilakoni oleh Timnas U-20 semuanya penting dan "harus" memperoleh kemenangan.
- Membawa serta Tim Kepelatihan (Asisten Pelatih). Shin Tae-yong (Timnas), Luis Milla (Persib), Thomas Doll(Persija) kompak menentukan dan membawa Asisten-Pelatihnya. Tujuannya adalah agar bisa menjalankan skuad sesuai dengan keinginannya. Mereka merasa perlu bekerja dengan didukung oleh tim-kepelatihan sesuai selera dan rencana mereka. Hak ini bukan berarti tidak ada asisten teknis, pelatih kiper ataupun pelatih kebugaran yng berkualitas di lokal.
- Pandangan Para Pelatih Asing Pemain Muda. Thomas Doll setelah 6-minggu melatih Persija, hanya bertemu Pemain Muda Persija di luar lapangan. Dia heran kenapa Pemain Muda tidak berlatih bersama klub. Padahal sepengalamannya, seorang pemain muda harusnya berkembang di klub profesionalnya, itulah yang penting. Kalau Pemain Muda tidak berlatih bersama klub-nya maka kesempatan bermain membela klub akan kecil. Karena menurutnya, jika ingin memiliki talenta terbaik (Pemain Muda), maka harus dilihat cara mainnya di level klub aslinya. Shin Tae Yong lebih senang memanggil pemain muda ke timnas dan terkesan melupakan pemain senior. Dia berharap Timnas Indonesiaakan meingkat di masa depan jika ada investasi lebih dari klub dan PSSI (terhadap Pemain Muda Saat ini). Dia sadar betul resiko keberpihakannya kepada Pemain Muda (yang minim pengalaman), dia akan menuai serangkaian kegagalan (juara) di tahap awal. Namun dia mingin memberikan fondasi yang kuat agar sepak bola Indonesia memilki masa depan cerah.
- Shin Tae Yong (Pelatih Kepala Timnas saat ini) melarang pemain malas untuk masuk Timnas Indonesia. Pelatih asal Korea Selatan itu lebih mengutamakan pengorbanan alih-alih kualitas pemain. Dia lebih memilih pemain yang mau mengorbankan dirinya di Timnas Indonesia meskipun kemampuannya kurang. Shin Tae-yong menyampaikan kebingungannya terkait etos kerja para pemain yang kerap berpuas diri dengan kualitasnya. Mengapa pemain Indonesia tidak bisa memaksa untuk melebihi batas kemampuannya?
- Memberikan "kesempatan sama" pada semua Pemain untuk bermain dan merasakan atmosper pertandingan hal mana diperlukan oleh semua pemain muda. Itu sangat terlihat pada pertandingan kedua, saat menghadapi Hongkong, 9-pemain baru (yang tidak bermain pada pertandingan pembuka) diturunkan dan hanya 2-pemain yang merasakan pertandingan sebelumnya. Di sisi lain, pemain bisa menyimpan tenaga serta selalu siap secara fisik bila diturunkan ke lapangan.
- Di pertandingan puncak, melawan Vietnam, ada beberapa "pemain-kunci" yg tidak diturunkan sejak menit pertama (starting 11). Sebagai antisipasi permainan keras yang diterapkan oleh lawan namun juga memberikan kesempatan kepada pemain-kunci tsb mengamati permainan lawan selama babak pertama. Hasilnya, saat mereka diturunkan pada babak kedua, pemain-kunci itu berhasil merubah permain dan berhasil membobol gawang lawan.
- Semua pemain bekerja keras dan berlari (dengan atau tanpa bola). Pemain Muda tersebut diharuskan bisa bermain "multi-posisi" tidak sekedar bermain seperti pada posisi keahlian mereka saja. Terbukti Timnas Muda U-20 kita bisa fokus sebagai pemain-belakang untuk bertahan tapi mampu mendukung penyerangan bahkan membuat gol ke gawang lawan.
Melihat permainan sepak bola Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2023 di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya bisa menjadi contoh. Bukan kemenangan dan keberhasilan menjadi juara group dan maju ke putaran final di Uzbekistan tapi mental baja serta planning yang kuat pada Timnas U-20. Tiga pertandingan yang dilakoni oleh Timnas U-20 semuanya penting dan "harus" memperoleh kemenangan.
Sepak bola modern menuntut tiga point di atas dan Para Pelatih Asing Sepok bola di Indonesia berusaha keras memberitahu kepada kita semua.
Sebagai sebuah "Mega Project" IKN Nusantara bukanlah salah satu proyek prestesius yang dilaksanakan di Indonesia. Beberapa proyek seperti konversi minyak-tanah ke gas, jaringan listrik hingga jaringan jalan tol di tanah air telah membuktikan bagaimana menyelesaikan proyek2 besar dan rumit tsb. Seperti yang sekarang ini sedang berproses dan menjadi tontonan kita di sepak bola, memaksa (tanpa sifat malas) kita untuk berubah kepada standard kerja modern. IKN seharusnya tidak dihubungkan dengan kenaikan BBM ataupun Utang Luar-Negeri, itu budaya lama, sudah usang. IKN adalah masa depan Republik Indonesia, dimana anak-anak kita tumbuh, berkarya dan berkompetisi dengan anak lainnya di belahan dunia lainnya.
Para Pelatih Asing di sepak bola sudah membeberkan rumus bagaimana menaikan LEVEL sepak bola Indonesia, tidak hanya sekedar menjadi Juara dan kemudian SIRNA.
sumber bacaan:
Mengapa Para Pemain Indonesia Tidak Bisa Melebihi Batas Kemampuan
PSSI Setuju 3 Pelatih Ini Jadi Asisten Baru Shin Tae-yong
Thomas Doll Bawa 4 Asisten dari Luar Negeri
Milla Dibantu Dua Asisten Pelatih Asing dari La Liga
Bongkar Kelemahan Pemain Timnas Indonesia
Ini Komentar Pelatih Asing Atas Liga Indonesia
Thomas Doll Merasa Heran
Pemain Malas Dilarang Masuk Timnas Indonesia
Mengapa Para Pemain Indonesia Tidak Bisa Melebihi Batas Kemampuan
PSSI Setuju 3 Pelatih Ini Jadi Asisten Baru Shin Tae-yong
Thomas Doll Bawa 4 Asisten dari Luar Negeri
Milla Dibantu Dua Asisten Pelatih Asing dari La Liga
Bongkar Kelemahan Pemain Timnas Indonesia
Ini Komentar Pelatih Asing Atas Liga Indonesia
Thomas Doll Merasa Heran
Pemain Malas Dilarang Masuk Timnas Indonesia
0 comments:
Post a Comment