Sumber NYT Vaksinisasi Sputnik V |
Membaca artikel di The New York Times (NYT) dgn judul "It’s Time to Trust China’s and Russia’s Vaccines" published pada 5 Feb 2021 akan terasa kurang kalo tidak melihat penulis-nya yaitu Achal Prabhala dan Chee Yoke Ling . Salah satu sebabnya adalah tulisan ini masuk dalam kategori "Opini" di harian NYT tsb. (Mr) Prabhala adalah seorang aktivis kesehatan masyarakat India yang mempromosikan (secara luas) distribusi vaksin Covid-19 sementara (Ms) Chee adalah seorang pengacara publik di Malaysia yg banyak bekerja (satu dekade terakhir) untuk meningkatkan akses (pada) obat-obatan (di) China. Jadi tidak heran kolaborasi kerja mereka berdua fokus pada distribusi vaksin Covid-19 kepada dunia khususnya dominasi lebel China.
Di Indonesia (lewat postingan di GWA) tulisan opini tsb "dibaca" seperti melihat Daftar 10 Vaksin-Hebat padahal tulisan ini dibuka dgn rasa khawatir dgn keadaan (distribusi vaksin) dunia : bahwa negara-negara terkaya di dunia bergulat dengan kekurangan vaksin Covid-19, beberapa negara termiskin khawatir tentang (tidak) mendapatkan vaksin sama sekali. The Washington Post (27 Jan 2021) sebelumnya menurunkan judul tulisan (Kolom Africa): Hanya satu dari 29 negara termiskin di dunia yang telah memulai vaksinasi virus korona, negara Afrika Barat Guinea adalah satu-satunya negara berpenghasilan rendah dari 29 negara yang mulai vaksinasi ( dgn terbatas: hanya 55 orang dari populasi lebih dari 12 juta). Sebuah gap, ketimpangan distribusi dunia. Kita di Indonesia perlu bersyukur, bahkan di Samarinda Panitia Vaksinisasi menghadapi (kenyataan) sepi antrian Lansia.
Perbandingan Vaksin buatan Barat yg telah "diborong" oleh negara2 kaya di Barat (tapi lbh kecil dlm jumlah populasi) dgn Vaksin China & Russia yg secara kuantitas (qty) mendominasi (spt market share) distribusi & pemakaian oleh negara2 di dunia (dgn jumlah populasi yg lbh besar). Opini di NYT juga mengingatkan bahwa "The fact is that no Covid-19 vaccine has been developed or released as transparently as it should have been". Semua pabrikan masih belum jujur secara terbuka dgn Data mereka. Ini kesimpulan penulis-nya: walaupun Vaksin China dan Rusia kelihatan jelek (dibandingkan dgn Vaksin Barat) pada awal di launching produck tapi itu bukan mengatakan bahwa Vaksin China dan Rusia itu buruk.
Persaingan Marketing pada Pabrikan Vaksin menciptakan Perang Dagang antar Negara di dunia. USA membentuk Quad yg beranggotakan AS, Jepang, Australia dan India. Quad ini semacam G7 atau APEC, dibentuk tahun 2007, dengan tujuan meng-counter pengaruh global dan regional China (Republika 13 Mar 2021). Quad memutuskan berkomitmen mengirim 1 milyar dosis Vaksin Johnson & Johnson (J&J) ke ASEAN dan Pasifik hingga akhir 2022. Banyak negara sudah melek bahwa Bisnis Industri Farmasi adalah sisi-positip dari pandemi dunia Covid-19. Dia bukan lagi untuk sekedar "memenuhi" kebutuhan vaksin (atau nantinya "obat") untuk menghadapi pandemi. Survival, siapa cepat dia dapat, ketinggalan berarti akan punah.
Bagaimana dgn kita, apa yg terjadi dgn Indonesia?
Menteri Luar Negeri China Wang Yi :
"...kedua belah pihak telah menjalankan kesepakatan yang telah dicapai oleh kedua kepala negara".
China berjanji akan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan vaksin di Indonesia dan mendukung Indonesia menjadi pusat produksi vaksin di Asia Tenggara (Detik 7 Feb 2021).
Beberapa ahli kita, berpendapat, Indonesia wajib memajukan riset terkait pengembangan vaksin dan obat untuk COVID-19. Indonesia kaya bio-diversitas, ada material yang bisa dijadikan obat. Pabrik Produksi sudah ada di sini. Ahli Virus (kelas dunia) bertebarang di Bandung. Laboratorium (termasuk buat Flu Burung) menyebar di seluruh tanah air. Kita sudah punya Label Vaksin Merah-Putih & Vaksin Nusantara. Tapi kita masih juga tekan-menekan (belum menemukan titik temu) dalam kebijakan.
Saya mencatat bahwa kita (pernah) punya sampel Flu-Burung dan selanjutnya punya sampel Covid-19. Lengkap dan data-nya valid. Kita Indonesia, bukan hanya besar dalam populasi (sbg Konsumen) serta juga mampu sbg Pabrikan (Produksi, Labs dan Operator). Bahkan kita bisa melakukan Design karena punya Tenaga Ahli Virus Kelas Dunia dan Sample (original) Virus. Saya juga mencatat bahwa kita pernah (puluhan tahun) punya Industri Migas serta (pernah) punya cadangan minyak melimpah. Lalu kita jadi jagoan jualan crude oil di keanggotaan OPEC (eksport minyak) sampe akhirnya (sekarang) menjadi negara peng-import BBM. Sisa2 kehebatan Industri Migas Kaltim dapat dilihat "hanya" ada satu Refinery Balikpapan (Pabrik yg mengolah crude oil menjadi BBM) di Kaltim.
Ini teori saya: bilamana Master Plan Ibukota Baru memiliki design pipanisasi gas sampe ke dapur penghuni Ibukota Baru, maka seharusnya kota utama Kaltim juga memiliki rencana distribusi gas sampe ke dapur/rumah. Puluhan tahun LNG-Badak beroperasi di Kaltim artinya komunitas masyarakat Kaltim puluhan tahun akrab dgn Gas. Agar tidak lama dalam ruang eksekutif dan yudikatif pada diskusi "kebijakan" maka sebaiknya pihak-lain (misalnya Perusahaan Daerah Kaltim) ber-inisiatif nekat bertarung, yaitu menjadi Supplier Supply-Gas ke Ibu Kota baru (survive, ketinggalan berarti akan punah)
Sumber:
https://www.nytimes.com/2021/02/05/opinion/covid-vaccines-china-russia.html
https://www.washingtonpost.com/world/2021/01/26/guinea-covid-vaccinations-poor-countries/
https://www.republika.co.id/berita/qpwh8r318/babak-baru-perang-vaksin-as-vs-china
https://news.detik.com/internasional/d-5364583/menlu-china-wang-yi-telepon-menko-luhut-bahas-kerja-sama-vaksin-covid
https://nasional.tempo.co/read/1441851/soal-uji-klinis-vaksin-nusantara-pandu-riono-duga-dpr-tekan-bpom
0 comments:
Post a Comment