Sensus Penduduk 2020 |
Teknik “Social-Distancing” (kebijakan Masker, Cuci Tangan, Jarak) didukung oleh teori Mobilisasi-Manusia sbg kendaraan penyebaran (antar manusia) Covid-19. Angka Perbedaan (SP2020 dgn Adminduk) sebesar 1,15 Juta Jiwa adalah jumlah Orang-Indonesia yg punya sifat “Aktif Berpindah” atau Mobilitas tinggi.
Selain disebabkan oleh perintah Undang-Undang, kenapa BPS (bersusah-payah plus menghamburkan Anggaran yg tidak kecil) ngotot melaksanakan Sensus Penduduk tahun 2020?
Inilah sebuah cara ilmiah (Statistika) untuk mengatakan bahwa “Data Adminduk” (yg berbentuk data digital) sudah significant (dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah) dgn “membandingkan” dgn data empiris (data lapangan atau sensus). Catatan: Dalam penyelenggaraan Sensus Penduduk 2020 juga menyelenggarakan (sampling) secara electronic data digital penduduk di Adminduk.
Bagaimana Hasil Sensus Penduduk 2020 menjelaskan data Covid-19 Indonesia?
Setelah satu tahun mengalami pandemi Covid-19, per tanggal 15 Mar 2021 (DetikCom) total kasus positip sebanyak 1.425.004 (124%), sementara orang yg bersifat “Mobilitas Tinggi” sebanyak 1.15 Juta (100%).
Saya ingin mengatakan ini : dari 100% penyebaran Covid-19, hanya 24% disebabkan oleh orang-orang bersifat “Mobilitas Tinggi”. Dugaan saya (perlu diuji dgn data lapangan dari kantor Kesehatan) 64% penyebaran Covid-19 dari orang2 tanpa “Mobilitas Tinggi”. Bila hal ini terbukti, bukankah Kebijakan yg “membatasi” pergerakan “Orang Aktif” hanya bisa meng-cover “24% area yg seharusnya di monitor” ?!?
Contoh di atas memperlihatkan karena ada-nya “perbedaan-data” kita bisa melakukan aneka analisa. “Variasi Data” karena unsur-waktu ataupun berbeda sumber-data akan bisa mem-perkaya prinsip Perencaan Pembangunan. Penerapan “One-Data” akan menambah Risk.
sumber:
0 comments:
Post a Comment