Tuesday, February 23, 2021

Jatah Vaksin buat Lansia Kaltim

 

C19
Program Vaksinisasi

Menurut Tempo : pendaftaran vaksinasi Covid-19 bagi lansia dapat diakses dari tautan bandung.kemkes.go.id , dki.kemkes.go.id, serang.kemkes.go.id , denpasar.kemkes.go.id. Lalu yogyakarta.kemkes.go.id, semarang.kemkes.go.id dan surabaya.kemkes.go.id.

sama dgn yg di kampung etam samarinda.kemkes.go.id.

Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Karo Kesra) Pemprov Kaltim M. Andi Ishak : Kaltim punya jatah 7.680 dosis (mau disebar di 10 Kota/Kabupaten, Jakarta bilang prioritas ibu-kota provinsi) dari 7-juta dosis Nasional. Kaltim cuman dapat jatah 0.1 % (baca: tidak sampai satu prosen). Ternyata, Kaltim yg pernah duduk sbg nomer-2 Nasional penambahan kasus Positip Covid-19 sehingga seharusnya mendapat perhatian-lebih (sejajar dgn Jawa) dalam pelaksanaan program vaksinisasi nasional.


Forcasting itu tidak sulit dilakukan untuk kasus Covid-19 tapi pelaksanaan program Covid-19 yg sesuai angka-forcasting itu yg lebih sulit. Penjatahan/distribusi Vaksin berdasarkan (aktual) jumlah penduduk tidak selalu salah. Karena Vaksin adalah tujuannya untuk masa-depan (berbeda dgn "obat" yg men-treatment orang-sakit saat ini) maka memakai variabel forecasting (model curva covid-19 kedepan) lebih tepat dari pada menggunakan Variabel Jumlah Penduduk saat ini (bersifat current data).

Sumber:

https://nasional.tempo.co/read/1434691/ini-situs-dan-cara-daftar-vaksinasi-covid-19-bagi-lansia

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5396022/daftar-vaksinasi-lansia-baru-untuk-ibukota-provinsi-bekasi-tangsel-bagaimana

https://kaltim.tribunnews.com/2021/02/22/giliran-para-lansia-dapat-jatah-vaksin-sinovac-pemerintah-siapkan-7680-dosis-untuk-kaltim


Bismillah

Opini : Pendaftaran Vaksin Lansia


Pada Kluster terkecil, Rumah-Tangga, terjadinya penyebaran Covid-19 (lebih condong) dipengaruhi frekwensi variabel kegiatan/mobilisasi penghuni rumah tsb dari-pada faktor jumlah anggota penghuni. Melihat perbedaan ukuran "frekwensi" dan "jumlah" seperti membedakan "Populasi" dan "Sampel". Ini yg diajarkan oleh Guru SD (Bu Fatimah) ulun dulu : sidin membaca buku absensi (populasi) di depan dan menanti jawaban "hadir" dari murid2. Sidin "memeriksa" buku absensi terhadap murid yg hadir(sampel), bukan sebaliknya. Masyarakat umum di saat pandemi ini sangat sensitip memahami istilah "Peluang" (Probability) dan "Resiko" (Risk) dalam hal penyebaran Covid-19.


Jikalau kita sudah setuju untuk melakukan suntik vaksin kepada seluruh (populasi) lansia, kenapa harus menghabiskan waktu & tenaga untuk membuat "Pendaftaran" (sampel)? Mungkin kalo Bu Fatimah jadi petugas Program Vaksinisasi maka sidin akan ke kantor dukcapil (e-KTP) dan BPJS (riwayat kesehatan). Karena sidin mengerti akan melakukan absensi setiap hari, baik untuk suntikan-pertama dan kedua (serta punya data yg akurat siapa yg belum melakukan vaksin), main-content dari sebuah "Progress Report". Selama durasi 28-hari (antara suntikan pertama dan kedua) monitoring perkembangan kesehatan bisa di-input di database BPJS. Kerepotan pembuatan & sosialisasi "aplikasi-pendaftaran" seperti melupakan hal penting lainnya. Hal yg tidak pernah terdengar adalah usaha2 membuat "Daftar-Vaksin", membuat pe-nomer-an secara digital untuk setiap dosis-vaksin. Sehingga setiap 1-dosis Vaksin sudah ada barcode yg merujuk pada NIK e-KTP. Me-register 45-Juta dosis Vaksin (disatu tempat) akan lebih mudah dari pada me-register 21,5 juta orang Lansia (yg menyebar di seluruh Indonesia).


Pada umumnya harga barang di toko-online lebih-murah dari pada belanja di toko-konvensional. Bisnis Toko-Online sudah lebih dahulu menyerap kaidah2 Industri 4.0. Toko-Online sudah sadar betul bagaimana melaksanakan "hitungan" di dunia-maya. Mereka sudah melaksanakan teknik "Entry by Name" tidak lagi berpegangan pada "Entry by Order". Dahulu setiap kali ke Kantor Kepala Kampung ulun melihat di papan-tulis jumlah penduduk (statis dan phisik). Teknologi Mobile Digital membuat data penduduk (e-KTP) di Dukcapil berubah setiap detik secara otomatis (tidak menunggu perintah Kepala Kampung). Mengikuti "tumbuhnya Data" sesuai kecepatan (velocity) maupun variasi (variation). Aplikasi (dadakan) Pendaftaran selalu bersifat spt "Papan-Tulis Kelurahan" berbau phisik, statis serta kuno. Aplikasi jenis ini akan berumur pendek karena tidak dapat men-capture "tumbuh-nya data" ,misalnya, untuk bulan depan. Dia akan punya kesulitan menghadapi masyarakat millenial yg ingin cepat(velocity) dan banyak permintaan (variasi).


Di masa Covid-19 "Peluang" Usaha di berbagai sektor secara umum (given) tidak bagus. Bilamana ada Seorang Pengusaha ternyata berhasil mengembangkan usahanya, apakah Sidin tidak terkena "Resiko Covid-19" ini? Tidak, Usaha Sidin juga berdampak. Bedanya adalah Sidin menghitung (dgn lebih teliti) setiap "Risk". Kenapa "Risk" harus dihitung? Rupanya Sidin berusaha keras untuk me-manage Risk tsb



0 comments:

Post a Comment